Aku sendiri terkadang bingung dengan sikap dan tindakan ku yang spontan dan kadang menyakiti perasaan orang yang ada di sekeliling ku.
Walaupun aku tahu, bahwa aku tak berniat melakukan itu. Terlepas begitu saja dari mulut ku, tetapi jauh dari dalam hati ku. Aku tak berniat menyakiti siapu pun.
Aku hanya lah manusia yang memiliki banyak keinginan dan harapan. Sama seperti yang lain. Terkadang merasa takut dan sendirian, menghadapi kekejaman dunia ini.
Benarkah dunia ini kejam. Karena aku berada di dalam kekejaman dunia. Kekejaman yang bisa digambarkan seperti kesedihan. Saat orang yang kami sayangi meninggalkan mu atau boneka kesayangan mu hilang atau koleksi buku mu yang paling kamu sukai tidak dikembalikan?
Kekejaman seperti apa yang dunia berikan pada ku. Tubuh gemuk, tidak kaya, tidak cantik. Itu semua yang dibutuhkan untuk hidup di dunia. Paradise dunia atau surga dunia.
Itu tidak sepenuhnya benar. Sebut saja nama ku Anne. Aku sudah lama mengenal dunia, mungkin dewasa sebelum usia ku. Sudah banyak makan asam garam kehidupan.
Aku termasuk orang yang seharusnya menyukuri keberadaan ku dan berharap aku akan selamanya bahagia dalam pekerjaan yang menyenangkan dan yang memang ku cintai ini.
Hari ini, aku ingin menceritkan tentang kisah kawan ku. Dia seorang wanita, dulu, dia cantik, bebas dan mandiri. Namun, setelah menikah hidupnya menderita.
Sebut saja namanya, Suci. Ia bekerja di salah satu resort yang terkenal di pulau Bintan. Pekerjaannya pun cukup menjanjikan sebagai seketaris general manager di salah satu hotel ternama.
Namun, kehidupan cintanya tak semulus jalan karirnya, yang sebelumnya menjadi operator telepon di sana. Karena kepaweannya dan kepintarannya. Ia pun segera naik jabatan, menggantikan seketaris GM yang resign karena menikah.
Ia pun di boyong suaminya yang memang orang bule ke luar negeri –ke asal orang bule itu, Amerika— Singkat cerita, cinta pun bersemi. Ia telah lama mengenal, sebut saja Robert –sekuriti di tempatnya bekerja—Robert adalah orang Jawa. Ia memang tidak memiliki kulit putih seperti Suci. Tetapi wajahnya sangat tampan dan humoris.
Sering bertemu dan berbincang-bincang, akhirnya cinta pun tumbuh diantara mereka. Hanya melalui pacaran yang terbilang muda, baru tiga bulan. Mereka memutuskan menikah, alasan karena factor usia.
Dikarenakan satu perusahaan, maka yang satu harus mengalah. Berhubung posisi istrinya lebih tinggi. Maka, ia pun mengalah dari pekerjaannya.
Waktu tak terasa bertambah terus. Sifat asli pun ketahuan. Ternyata suami yang dipikirnya romantis, baik hati ternyata ringan tangan. Apalagi sejak keluar dari pekerjaannya. Kehidupannya hanya diisi mabuk-mabukkan dan ringan tangan.
Kehidupan rumah tangga yang seharusnya berbahagia menjadi api neraka kecil bagi Suci. Tak berani teriak, atau melaporkan ke polisi. Karena kasus KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) masih dianggap tabu oleh masyarakat setempat.
Kehidupannya berubah, berbagai alasan harus ia lontarkan bila ada yang nanya bekas biru di matanya atau warna merah di pipinya, bekas ringan tangan suaminya.
Semua itu, ia lalui selama bertahun-tahun hingga di karuniakan anak dari buah perkawinan yang tidak bahagia itu. Uang hasil keringatnya, selalu habis digunakan untuk keperluan foya-foya suaminya. Bahkan digunakan untuk bermain perempuan di depan maupun di belakangnya.
Air mata selalu mengiringi malam harinya yang kelabu. Ingin mengadu ke siapa? Aib keluarga, piker Suci. Namun terus-terusan berusaha mengingatkan suaminya, malah di cap istri yang tidak berbakti pada suami oleh mertua.
Kesakitan dan penderitannya bercampur menjadi satu. Manangisi nasib atau pun menangisi luka yang ada di hati dan tubuhnya.
Satu-satunya harapan adalah anaknya, tetapi harapan itu sia-sia. Karena anak yang diharapkan bisa mengubah prilaku suaminya agar menjadi manusia berprikemanusian ternyata sia-sia.
Anak sudah berusia dua tahun, tetapi kehidupan rumah tangganya sudah bagaikan api neraka yang benar-benar dikirim ke rumahnya. Ia harus menghadapi prilaku suaminya yang semakin hari semakin jadi. Ditambah menghidupi mertua dan mendengarnya tiap hari mengomel. Karena tidak bisa mengurusi keluarganya dengan baik.
Hingga akhirnya, ia berontak. Diancam. Tidak boleh melihat anak yang dikandungnya selama sembilan bulan dan dilahirkan tanpa ditunggui suami. Itu pun biaya sendiri.
Batin, Suci semakin mencuit dan menderita. Hingga tak terhitung air mata yang ia kucurkan tiap saat, tiap detik, tiap menit dan tiap jam. Akankah kehidupan ku seperti ini? Jeritnya dalam batinnya. ‘’Aku harus bagaimana lagi?,’’ teriaknya.
Akhirnya, kejadian yang membuatnya mengambil keputusan yang tepat. Saat itu, hujan lebat, suaminya pulang dalam keadaan mabuk berat dan menyiksanya. Hingga ia putuskan untuk melakukan visum dan mangajukan gugatan cerai dan berhasil. Sayangnya, anaknya harus ikut suami yang tak bertanggung jawab. Namun, dengan kebesaran hati. Ia pun terpaksa harus meninggalkan anaknya. Demi kebaikannya.
Ia hanya berharap agar anaknya kelak memaafkannya dan mengerti tentang keberadaan dirinya. Itu pun, berkat beberapa dukungan kawan kantornya untuk mengambil sikap.
Ini adalah segelintir kisah pilu yang pernah aku dengar dan aku saksikan sendiri. Mungkin, masih banyak berbagai kisah yang lebih menyedihkan dari ini. Tetapi hidup harus jalan terus.
Anne hanya berharap kehidupannya kelak tidak seperti kisah yang ia dengar. ‘’Kekerasan dalam rumah tangga merupakan aib bagi keluarga. Itu adalah pikiran yang picik,’’ sehut Anne kesal, saat mendengar temannya menceritakan kisah Suci.
‘’Perempuan yang hebat adalah perempuan yang berani melawan penindasan dalam bentuk apa pun. Perempuan itu harus kuat dan tidak menyalahkan ia karena ia lemah, tetapi harus sama-sama berjuang,’’ urai Anne.
Wati tidak mau mengalah dengan ucapan Anne. ‘’Itu tidak benar. Wanita itu seharusnya, malu untuk mengungkapkan aib keluarga,’’ tandasnya.
‘’Apa kamu mau menderita?,’’ Tanya Anne.
Wati hanya diam saja. ‘’Aku rasa, kalau kamu berada di posisinya, kamu pasti sudah kabur duluan. Sebelum kamu hamil. Jangan beranggapan kamu itu hebat, karena memiliki suami yang kaya. Sehingga bisa menghakimi orang,’’ ujar ku lagi.
Ia hanya mendundukan wajahnya dan tak berkata apa-apa.
Wanita, dikala diri mu lemah. Yakinlah bahwa kamu itu kuat. Wanita itu tak gentar karena apa pun. Mungkin, kamu pernah patah tetapi kamu akan bangkit dengan sisa-sisa hidup mu dan berjuang untuk meraih kehidupan yang baru.
Pada
5:46 PM
:)
BalasHapus:) juga mba Ryane
BalasHapus