Ratna adalah wanita yang sangat cantik, baik hati, hanya saja dalam memilih pria idaman sangat berhati-hati, hingga orang beranggapan terlalu memilih. Keasyikan bekerja dan berbagai kegiatan,membuatnya lupa untuk mencari pasangan hidup. Padahal, manusia ditakdirkan hidup berpasang-pasangan. Sama seperti Adam dan Hawa, manusia pertama yang diciptakan Tuhan.
Tidak pernah putus asa, apalagi minder dengan ucapan orang yang membicarakannya di belakang --bergosip-- Hidupnya selalu easy going. Itu, membuatnya merasa lebih bahagia dan tenang. Omongan orang tak pernah didengar, apalagi dipedulikan. Bila itu tidak baik baginya, kecuali kritikan membangun yang selalu diperhatikan agar menjadi lebih baik.
Ratna percaya, jodoh ditangan Tuhan. Karena itu, dia tak kuatir mengenai prihal dirinya hingga mencapai usia 40 tahun belum juga menemukan jodoh. Dia berpikir, Tuhan belum mengirimkan pria yang tepat untuknya. Suatu ketika, Ratna harus menghadiri pertemuan di Bontang -Kalimantan Timur- Dikarenakan pertemuannya baru dua hari lagi, Ratna memutuskan naik kapal. Sekalian bersantai, pikirnya.
Memilih kelas I dan menikmati hidup diluar dari kebiasaan. Menurut orang, bisa mengusir jenuh dari rutinitas kantor dan aktivitas sehari-hari. Itu benar-benar dirasakan Ratna. Hidupnya semakin ringan, bisik-bisikan yang tak menyenangkan, yang terkadang sangat menganggu terlupakan.
Menghirup udara laut dari atas kapal. Duduk bersantai sambil meminum jus segar dan membaca buku yang baru dibeli, membuatnya menghargai tiap waktu istirahat dengan sebagai anugrah, bersyukur. Tak sekalipun ia menanyakan atau mempersoalkan kepada Tuhan mengenai pria yang pantas menjadi suami yang nantinya akan mengayomi dan melindunginya.
Bukan berarti, Ratna tak pernah berdoa. Tiap malam, Ratna berdoa agar Tuhan mengirimkan pria yang baik --terbaik-- untuk menjadi penampingnya seumur hidupnya. Bila ada pria yang baik, biarkanlah mendekat, tetapi bila pria itu tak baik sebaiknya biarkanlah pria itu pergi dan jangan mendekati dirinya.
Doa-doa itu selalu dijawabnya, setiap ada pria yang mendekat, yang berniat jahat. Selalu pergi jauh. Namun, pria yang terbaik untuknya juga belum pernah datang. Sabar menanti. Karena Ratna tahu akan ada yang terbaik untuknya kelak. Sehingga ia tak terburu-buru dalam menentukan pilihan yang berakibat banyaknya angka penceraian. Dikarenakan takut dianggap perawan tua atau tidak laku.
Dikapal itu, Ratna ketemu dengan soulmatenya dan langsung mau diajak menikah. Ratna sendiri bingung, koq bisa? Tapi, dia yakin bahwa itu, pria yang dikirimkan untuknya. Tak ada rasa takut dan tak ada rasa bimbang, saat pria bertubuh tinggi itu mengajak kenalan dan menjalin hubungan pertemanan selama dua minggu di Kota yang terkenal dengan sebutan kota minyak itu.
Disanalah, kepribadian, visi dan misi, serta tujuan hidup terungkap. Akhirnya, di usia 40 tahun mereka menikah dan hidup bahagia. Serta dikaruniai anak satu sebagai pelengkap kebahagian.
***
''Serius lo,'' tanya Ratih pada Anne, setelah mendengarkan kisah yang diceritakannya padanya.
''Bisa saja, bukan?'' tanya Anne balik. ''Karena tidak ada yang mustahil. Tentunya, sebagai manusia, dalam melakukan tindakan apa pun, seperti apa pun, apalagi prihal jodoh, harus berserah, berharap dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik.
''Aku setuju. Jadi, aku tidak perlu takut ya dalam menghadapi hidup ini. Karena semuanya pasti ada hikmah dan yang terbaik dalam kehidupan ini,'' katanya dengan mata berbinar.
Anne mengangguk. ''Ya, itulah hidup. Terkadang manusia suka melupakan Tuhan dalam mengambil keputusan dan jika keputusan salah, menyalahkanNya atas kehidupannya yang hancur.
© By Citra Pandiangan
Pada
5:53 PM
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health