Dulu sewaktu masih kecil, sejak kecil orangtua menanamkan nilai kejujuran pada anaknya. Bahkan aku ingat banget salah satu cerita mengenai kejujuran. Seorang pedagang buah dan pedagang ikan.
Begini kisahnya . . . Ada seorang direktur yang hobinya belanja sendiri ke pasar. Nah, dia ingin membeli ikan dan buah semangka. Kebetulan di pasar itu, pedagang buah semangka dagangannya berdekatan dengan penjual ikan.
Mereka menanti dagangannya laris. Nah, pedagang buah itu, buahnya masih tinggal dua yang belum terjual. Satu dikarenakan masih mentah dan satu lagi karena ada yang busuk. Begitu juga dengan pedagang ikan masih tinggal tiga kilo ikan segar yang masih ada di tempatnya.
Datanglah direktur itu, dengan pakaian kaos oblong dan sendal jepit. Dia melihat buah dan dia pun mau membeli buah semangka yang agak besar. Dengan jujur, pedagang buah itu memberitahui bahwa buahnya sedikit busuk.
‘’Masa seh, kelihatannya segar,’’
‘’Ini pak, kalau ada titik hitam di bagian kulit. Itu menandakan buahnya busuk didalam, sebagiannya,’’ ujar pedagang buah.
‘’Ya sudah kalau begitu, saya tidak jadi beli,’’ ujar direktur.
Lalu berahlilah direktur itu ke pedagang ikan. Karena dia doyan makan ikan, maka dia berniat membeli banyak.
‘’Ikan ini masih segar nggak,’’ tanyanya.
‘’Wah masih lah pak, saya kan mancing sendiri tadi pagi. Lihat saja pak, kalau tidak percaya,’’ ujar pedagang ikan meyakinkan.
‘’Ya, sudah lah kalau begitu saya beli dua kilo saja,’’
‘’Sebenantar ya pak,’’
Usai pria itu pergi. Pedagang ikan itu membodoh-bodohkan pedagang buah.
‘’Kamu tahu tidak, ikan yang saya kasih itu tadi saya campur dengan ikan kemarin. Seharusnya kamu nggak usah kasih tau kalau buah mu itu busuk,’’
‘’Tetapi itu kan tidak jujur. Kan kasihan kalau dia pulang ternyata buah yang dibelinya busuk’’
‘’Itu kan urusan dia, bukan urusan kita. Nah sekarang aku bisa pulang lebih cepat. Karena dagangan ku sudah habis,’’ ujarnya sambil tertawa.
Bagaimana nasib direktur. Dia sudah membayangkan akan makan ikan bakar saat di rumah nanti. Namun pembantunya memberitahukan bahwa ikan yang dibelinya sudah busuk.
Saat dikantor, chief sekuritinya memberitahukan bahwa dia harus pulang kampung dan tak kan kembali lagi. Direktur ini bingung mencari pengganti chief sekuriti yang sudah lama bekerja dengannya dan selalu jujur.
Lalu, dia ingat sama pedagang buah di pasar. Esok harinya, dia datang ke pasar dengan pakaian yang wah –dasi dan jas- dia mendatangi pedagang buah dan memintanya bekerja sebagai chief sekuriti. Karena dia jujur.
Memang cerita diatas terkesan klasik, namun saat ini memang susah untuk berbuat jujur. Jangankan pada orang lain, pada diri sendiri pun susah banget untuk jujur. Yuk, kita ubah kehidupan kita tuk lebih berbuat baik dan jujur atas apa yang kita lakukan dan tindakan.
Karena Tuhan ingin kita berbuat jujur dan menjadi terang dalam hidup kita sendiri. Sehingga terang itu bisa menerangi orang lain. ‘’Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surga.’’ Matius 5 : 16
Pada
12:03 PM
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health