Masih dari buku Kabar baik dari Patmos. Baik, mari kita baca bersama-sama ya:
28 DESEMBER 2013
" Roh dan pengantin perempuan itu berkata: 'Marilah!' Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendak ia berkata: 'Marilah!' Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, DAN BARANGSIAPA YANG MAU, HENDAKLAH IA MENGAMBIL AIR KEHIDUPAN DENGAN CUMA-CUMA" ( Wahyu 22:17).
Tidakkah menakjubkan bagaimana orang-orang menanti hingga menjelang ajal minta maaf pada seorang anggota keluarga atau sahabat?
Agaknya saat orang-orang terkapar di tempat tidur, atau dalam kondisi lemah, atau menjelang ajal, mereka mulai merenungkan kehidupan mereka dan dampak yang mungkin mereka timbulkan pada diri orang-orang. Pendeta-pendeta yang bertugas di rumahsakit sering menyaksikan kesaksian seperti itu.
Orang-orang tidak suka mengambil risiko diperlukan seperti orang bodoh. Rasa takut tampak bodoh, atau salah, begitu kuat di dalam diri kebanyakan kita sehingga kita menghabiskan seluruh hidup kita dengan berpura-pura bahwa segala sesuatunya baik-baik saja. Kita takut untuk mengakui bahwa kita salah, takut tampil bodoh di depan orang-orang, terutama keluarga kita sendiri!
Tapi siapakah orang paling bodoh yang pernah hidup menurut standar manusia? Siapakah yang mengalami penghinaan total agar dapat memperbaiki hubungan anatara Anda dan saya?
Tentu saja Kristus. Tidak pernah sekalipun Dia takut membuat diri-Nya tampak bodoh. Bahkan saat orang-orang mencemooh, " Orang lain Ia selamatkan… diri-Nya sendiri tidak bisa Ia selamatkan!" ( Mrk. 15:31).
Yesus menjadi Orang paling bodoh yang pernah hidup suapaya mereka yang benar-benar bodoh bisa mengasihi Dia sebagaimana Dia mengasihi kita. Digoda untuk turun dari salib, Dia tetap mengulurkan tangan-Nya pada kita, tidak peduli sekalipun orang-orang menyebut-Nya bodoh.
Kitab Wahyu, penuh kisah-kisah tak lazim, bahkan mahkluk-mahluk aneh. Akan mudah memperoleh kesan bahwa peperangan, kelaparan, wabah, dan penghakiman adalah tema utamanya. Tetapi ayat kita hari ini mengingatkan kita bahwa topik fundamental seluruh kitab ini adalah " wahyu Yesus Kristus."
Wahyu mengingatkan kita bahwa keselamatan di dalam Kristus di bayar dengan harga tak terbatas ( Why 5:6; 12:11; 13:8), namun sepenuhnya cuma-cuma bagi kita. Namun kebodohan hati manusia menolak menerima apa yang tidak pantas dia terima.
Kita manusia takut mengakui bahwa kita ini salah, bahwa kita membutuhkan apa yang Yesus tawarkan ( Why 3:17). Namun di dalam pengorbanan-Nya kita melihat bahwa keangkuhan yang bodohlah yang membuat kita menunda hari keselamtan kita.
Tuhan, aku menerima air hidup yang Engkau tawarkan dengan cuma-cuma. Tolong aku mempercayai pemeliharaan-Mu yang penuh kasih dan anugerah.
# Pada saat selesai membaca renungan pagi ini. Yang ada dibenakku adalah gambaran Yesus yang menderita menebus dosa kesalahan umat manusia. Bagaimana ia juga merasakan rasa takut yang mendalam saat berada di taman getsamani. Sampai Yesus mengulang doa yang sama tiga kali.
Yesus seakan bisa merasakan penderitaan dan kesakitan yang luar biasa yang akan dialaminya. Namun, diakhir doanya Yesus selalu mengatakan KehendakMu yang jadi Bapa.
Jadi Bapa di surga menghendaki anakNya yang tunggal, meninggalkan kemuliaanNya untuk turun ke dunia ini agar kita di selamatkan? Yang ada di dalam bayangan saya, apakah kita layak menerima keselamatan ini? Kita yang berbuat bodoh dan melakukan kesalahan, tetapi kenapa malah orang lain yang menanggungnya?
Dalam logika manusia, sebodoh-bodohnya manusia. Tentu saja mereka akan menolak, kesalahan yang bukan mereka perbuat dilimpahkan kepada mereka. Bisakah di bayangkan, bagaimana Yesus dihina, dicaci dan diperolok-olok oleh manusia. Karena dosa-dosa kita? Tidak hanya jiwa tetapi juga raga itu sendiri.
Kesakitannya hingga air matanya bisa menjadi darah. Dimahkotai duri, aku sendiri aja jika tidak sengaja tertusuk jarum. Aku merasakan sakit banget. Apalagi Tuhan, yang duri-duri itu melingkar pada kepalanya. Tangan yang dipaku di kayu salib. Bahkan hingga saat ini, tanda itu, bekas luka akan dosa kita itu masih ada.
Kita ini adalah manusia yang bodoh, pantaskah kita menerima keselamatan itu? Tentu saja, kita pantas menerima keselamatan itu. Tetapi bagaimana agar kita pantas menerima pengorbanan Yesus agar kita bebas dari perbudakan dosa? Dengan mengikuti perbuatan-perbuatan Yesus yang mencerminkan kasih.
Tuhan, biarlah kiranya kami bisa menjadi terang kecil diantara ribuan cahaya yang menyinari sekeliling kami. Biarlah terang kecil kami bisa memancarkan kehangatan. Terimakasih Tuhan akan keselamatan yang Engkau berikan pada kami.
Everyone deserve to get best style
www.dwirafashion.com
God bless us
BlackBerry®
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health