BERMAIN KELERENG BERSAMA ALLAH
(BAGIAN 2).
"Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: "Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia!" (Lukas 15:29,30).
Anda dengarkanlah apa yang dikatakan oleh si anak sulung itu? "Bertahun-tahun aku melayani bapa," Itulah yang Yesus ceritakan, "Aku menuruti semua peraturanmu, aku tidak pernah melakukan kesalahan besar, aku menahan diri dari bersenang-senang, semua karena aku pikir itulah yang engkau inginkan dari aku. Dan apa yang aku dapatkan dengan menjalani hidup yang membosankan dan tak menyenangka seperti itu? Tidak ada!"
Kedengarannya biasa? Mungkinkah ada sifat anak sulung di sudut hati kita juga? Apakah selama bertahun-tahun ini kita telah menuruti Allah karena kewajiban semata, penurutan penuh rasa takut yang terus berpikir, Kalau aku tidak menuruti Dia, maka Ia akan mengeluarkan aku dari hak waris-Nya?
Tolong jangan salah paham pada saya. Saya tidak menentang aturan-aturan dan perintah Allah. Bapa kita yang penuh kasih, seperti orangtua baik mana pun, dengan hati-hati memberikan aturan-aturan yang melindungi anak-anak-Nya. Tetapi penurutan yang dipaksakan terhadap aturan-aturan itu demi memperoleh warisan-Nya, di manakah sukacita, kedamaian, dan kebebasan di dalamnya?
Saudara-saudara mungkin secra fisik tidak pernah pergi jauh, namun secara rohani pergi menjauh dari kasih kasih karunia dan cinta dan sukacita dan kedamaian rumah Bapa. Kita mendengar "nyanyian dan tari-tarian" (Luk.15:25) dari rumah Bapa, tetapi menolak masuk, berpeluh di ladang-Nya namun jauh dari hati-Nya.
Anda hampir bisa mendengar suara ayahnya saat meninggalkan pesta menuju tanah berdebu untuk mengasihi anak sulungnya.
"Anakku, segala kepunyaanku adalh kepunyaanmu"; tidakkah engkau tahu kalau warisanku sudah menjadi milikmu? Aku tidak pernah berharap kau bekerja keras untuk itu atau untukku. Engkau adalah anakku. Engkau memiliki hatiku juga tanahku. Kalau saja engkau mengiginkan perhubungan kita.
Dan dengan segala yang diberikan oleh Bapa kepadamu dan dengan segala yang Anda telah lakukan untuk Dia, bukankah sudah waktunya berhenti membanting tulang untu Dia dan mulai bergembira bersama Dia? Lagi pula, bukankah Anda memilih satu sama lain?
Everyone deserve to get best style
www.dwirafashion.com
God bless us
BlackBerry®
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health