BERMAIN KELERENG BERSAMA ALLAH
(BAGIAN 1).

"Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan!" (Lukas 15:7).

Apakah pola berpikir seorang pemberontak tahap dua? Lihatlah anak yang boros itu. Sesungguhnya itu adalah satu reaksi, reaksi berani dan nekad pada mentalitas tahap pertama seorang anak sulung.

Dan kedengarannya seperti ini: "Saya sudah bosan dengan cara yang kolot, semua kekuasaan mereka, larangan-larangan mereka, aturan-aturan mereka. Saya tidak perlu diberitahu siapa
pun bagaimana menjalani hidup, bukan keluarga saya, bukan gereja, bukan pemerintah, atau siapa pun! Karena saya adalah saya, saya bebas
berpikir, tidak tergantung, dan sudah dewasa. Saya hidup sesuai keinginan saya, terima kasih!"

Saya sudah mengenal beberapa saudara-saudari muda pada tahap kedua ini. Banyak yang memang cerdas dan cerdik, yang menganggap gereja, dan Allah, itu terlalu otoriter, terlalu dipenuhi dengan aturan dan perilaku. Lalu mereka memilih untuk ketepian, di luar komunitas iman, dengan gaduhnya menyatakan kebebasan yang baru mereka dapatkan, berhiaskan pernak-pernik pemberontakan mereka, berharap diperhatikan , tetapi tidak ingin ditemukan. Anda mungkin mengenal mereka juga. Anda mungkin salah satunya. Jika tidak lucu maka akan menyedihkan.

Karena, Anda tahu sebenarnya kedua kakak beradik itu sama batinnya. Oh, itu benar, anak pemboros tahap dua menyebut anak sulung tahap satu konservatif, dan anak sulung menyebut si anak pemberontak itu liberal.

Namun di balik julukan itu, kedua anak tersebut sebenarnya mengiginkan hal yang sama yaitu mereka ingin bebas. Kedua anak melihat ayahnya sebagai pemberi aturan yang otoriter. Karena aturan-aturannya, seorang anak meninggalkan rumah dan tersesat. Karean aturan-aturannya, putra yang lain tinggal di rumah dan tersesat. Mereka berdua salah, keduanya tersesat, karena keduanya telah melewatkan kebenaran tahap tiga tentang ayahnya. Dalam cerita Yesus, sang ayah meninggalkan rumahnya mencari kedua anaknya itu.

Ayah yang sama, rangkulan lebar yang sama, hati penuh kasih yang sama. Itulah kebenaran yang sama senantiasa sepanjang kekekalan, apa yang paling penting bagi Allah sejak semula dan pada akhirnya adalah hubungan. Ia tidak bergegas keluar dari rumah-Nya untuk memulihkan aturan yang sudah dilanggar, hati-Nya berlari ke arah anak-anak-Nya untuk memulihkan hubungan yang retak.

Ia tidak harus ditakuti. Ia adalah sahabat kita, suatu kebenaran yang demikian sederhana sehingga anak-anak yang bermain kelereng pun bisa mengajarkan kita.

Everyone deserve to get best style
www.dwirafashion.com

God bless us
BlackBerry®

Silakan pilih sistem komentar anda

Jadilah orang pertama yang berkomentar!

You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health