Selamatkan Air Tanah Jakarta
sumber foto: Google |
Elemen
terpenting dalam kehidupan adalah air, tanpa air keseimbangan kehidupan akan
mengalami gangguan. Sehingga tidak salah jika kita mengatakan bahwa kehidupan sehat, pemandangan yang indah
berawal dari sumber air yang bersih, sehat dan mengalir lancar. Bicara soal
air, patut kita mengetahui terlebih
dahulu dari mana sumber air berasal. Sumber air berasal dari air laut, air
hujan, air permukaan, air tanah, dan mata air. Tentunya dari sumber air yang
ada, ada yang bisa digunakan dan tidak bisa digunakan atau membutuhkan proses
untuk menjadikan air yang layak digunakan untuk kelangsungan hidup.
Berbicara
soal Jakarta, pasti sudah terbayangkan jumlah penduduk yang banyak. Jumlah
penduduk yang banyak tentu saja membutuhkan ketersediaan air bersih yang sesuai
dengan jumlah penduduk. Tidak
heran lagi jika dalam pemberitaan mengatakan 70 persen sumber pencemaan air di
Jakarta berasal dari limbah domestik. Maksudnya limbah domestik itu berupa air
kotor dari rumah dan juga sampah. Banyaknya sampah menyebabkan air sungai yang
ada di Jakarta tercemar dan tidak layak minum. Contohnya saja sungai Ciliwung
setiap harinya terdapat sampah kurang lebih 600 ton. Sampah-sampah itu menutupi
permukaan muara hingga pinggiran pantai. Seiring dengan waktu, Jakarta bisa tenggelam jika hutan
bakau yang ada terus berkurang jumlahnya sehingga abrasi air laut dan permukaan
tanah bisa ambles. Begitu juga dengan Oh ya, ternyata penggunaan air tanah
tidak boleh sembarangan lho, termasuk penggunan air tanah Jakarta. Lho
maksudnya bagaimana ya?
Padahalkan sebagian besar penduduk Jakarta menggunakan air
tanah melalui sumur bor dan pantek. Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2014, tercatat sebanyak
8.849.788 m3 air tanah digunakan dari sebanyak 4.473 titik sumur. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2011 yang
tercatat sebanyak 7.209.189 m3 dari
4.231 titik sumur. "Kita perkirakan yang terdata menggunakan air tanah itu
baru sekitar 60 persen, sedangkan selebihnya ilegal,” ujarnya. Wow, terus
kenapa? Jika ada seseorang membuat sumur di rumahnya, berartikan air tanah
Jakarta sangat baik.
Rupanya, ada akibat yang masih banyak belum diketahui
masyarakat umum dari penggunaan air tanah yang sembarangan. Dampak penggunaan
air tanah berlebihan bisa menurunkan permukaan
tanah dan ini bisa menajdi ancaman serius bagi warga Jakarta yang letak
geografisnya berada di bawah permukaan laut. Bahasa simplenya, Jakarta bisa
tenggelam alias tersedot ke dalam tanah, jika penggunaan air tanah sembarangan. Reza Muhamad, Koordinator Advokasi Koalisi Rakyat mengatakan
siapapun yang mencemari air harus bertangung jawab tentang kondisi air.
Meskipun satu-satunya sumber air yang aman untuk digunakan
adalah air tanah, tetapi air tanah bukan untuk dieksploitasi. Namun
penggunaanya pun harus dikendalikan agar tidak terjadi penurunan tanah. Apabila
terjadi penurunan tanah maka tanda-tanda awal terjadi adalah miringnya
gedung-gedung bertingkat, munculnya rongga-rongga di gedung, amblesan tanah,
amblesnya ruas jalan. Hal itu adalah konsekuensi logis akibat pengambilan air
tanah yang dilakukan secara berlebihan. Selain itu beban tanah juga kian berat
dengan adanya gedung-gedung pencakar langit. Sehingga mendorong terjadinya pemampatan
lapisan tanah.
Pernah ada seorang peneliti dari Universitas Oslo, Nicola
Colbarn dalam tulisannya menuliskan, “Will
Jakarta Be The Next Atlantis”. Dia menuliskan secara gamblang tetapi
poitnya masuk diakal. Masih ingat kejadian tahun 2010 lalu amblesnya jalan RE Martadinata, itu berarti penggunaan air tanah
sudah melebih kapasitas. Jika terus-terusan digunakan tanpa kontrol Jakarta
mungkin saja bisa menjadi Atlantis kedua, tenggelam dan hilang.
Bagaimana mengatasinya? Apa yang bisa kita perbuatan untuk menyelamatkan Jakarta?
#Stop Eksploitasi Air
Tanah
Caranya dengan tidak menggunakan air tanah secara berlebih,
khususnya penggunaan air sumur. Air sumur adalah air tanah, jika penggunaan air
tanah berlebihan di setiap rumah, bisa dibayangkan akan berakibat amblesnya
lapisan tanah. Solusinya: Menggunakan air
bersih perpipaan.
Pemerinta harus terus berbenah agar masyarakat mulai beralih
pada air permukaan yang sudah dikelola dengan baik dan bisa dijadikan sumber
kebutuhan air bagi penduduk Jakarta.
Sehingga penggunaan air tanah di Jakarta menurun.
#Stop Buang Sampah
Taukah bahwa membuang sampah sembarangan bisa mengakibatkan
kerusakan pada tanah dan berdampak pada air tanah yang buruk. Karena serapan
air yang kurang baik. Bayangkan saja, setiap hari limbah rumah tangga dibuang
sembarangan kali berapa rumah. Sumber air bisa rusak, baik air tanah dan air
permukaan. Jika air sudah tercemar, darimanakah anda bisa mendapatkan air
bersih?
#Peduli Terhadap Lingkungan
Sumber foto: Kompasiana |
Tidak perlu menjadi juru bicara lingkungan hidup, tetapi
buatlah lubang resapan biopori dan sumur resapan di rumah anda. Karena setiap
musim penghujan banyak air hujan yang tidak terserap tanah sehingga terjadi
genangan dan banjir. Dengan adanya lubang resapan biopori atau sumur resapan,
setidaknya anda membantu air hujan yang tercurah diserap kembali ke dalam tanah
. Hal itu untuk melestarikan sumberdaya air tanah agar tidak terjadi kekeringan
pada musim kemarau. Manfaat lubang biopori ataupun sumur resapan mengurangi
genangan air dan mencegah terjadinya erosi tanah.
#Gunakan Air Seperlunya
Ini yang paling penting, gunakan air seperlunya. Jangan
menggunakan air secara berlebih. Sehingga sumber air tanah, air permukaan akan berlangsung
lama. Mulai ajari anak-anak di rumah mengenai manfaat air dan dampak masa depan
jika menggunakan air berlebihan. Apalagi sekarang ini sudah banyak produk yang
bisa digunakan untuk mengurangi penggunaan air pada kebutuhan rumah tangga,
khususnya mencuci, cukup sekali bilas, jadi hemat air. Hemat air maka sumber
air akan tetap terjaga untuk kelangsungan jangka panjang.
Mulailah dari diri sendiri untuk peduli terhadap
kelangsungan air tanah untuk menyelamatkan sumber air yang merupakan kebutuhan
penting bagi mahluk hidup di bumi ini.
Referensi:
Pada
8:07 PM
Atlentis kedua? Benarkah? bisa saja terjadi jika tidak memperhatikan semuanya. Aku suka judulnya, mantap dan berani
BalasHapus