Pulsa dan Zaman Kuliah
Masakan terasa tidak nikmat tanpa
garam, begitu juga dengan hidupku terasa hampa tanpa pulsa. Telepon genggam
telah aku kenal sejak aku lulus SMA, tetapi saat itu ponsel genggam hanya
sebatas menggunakannya tanpa memiliki seutuhnya. Aku baru benar-benar memiliki
ponsel sendiri saat kuliah, ponselku terbilang “keren” dan pulsanya tidak
pernah kosong. Lantaran mama selalu mengirimin aku pulsa, aku jarang sekali
membeli pulsa untuk ponselku di saat masa-masa kuliah dulu, itu beberapa
belasan tahun yang lalu.
Pulsaku selalu utuh dan tidak perlu
pusing memikirkan tidak punya pulsa, gosip dan belajar di telepon tidak menjadi
halangan. Teman-teman kadang suka mengeluh tidak ada uang beli pulsa, sedangkan
aku tidak masalah dengan problem pulsa habis. Meskipun zaman dulu masih belum
ada yang namanya pulsa elektrik jadi
mama harus menuliskan beberapa angka dalam voucer, kemudian dikirimkan melalui
SMS. Harga pulsa masa itu lumayan juga mahal, tetapi karena banyaknya
kompotitor, harga pulsa jadi mengalami perubahan.
Aku, Teman dan Nomor Baru
Masih teringat jelas, pada masa
kuliah dulu, aku dan beberapa teman suka hunting
kartu baru hanya untuk mendapatkan pulsa
murah agar bisa kami pakai nelepon atau godain teman lain. Itu dulu, harga
kartu perdana berjamur dan murah meriah, harga kartunya lebih murah dibanding
kita melakukan isi ulang pulsa. Jadi namanya anak kos selalu menggunakan sistem
perekonomian yang ketat. Ketat dalam mengelola keuangan, kalau bisa dapat yang
murah kenapa beli yang mahal hahahaha.
Jadilah kartu perdana itu hanya di
ambil pulsanya saja. Setelah pulsa
habis, barulah kartu dibuang dan dipasang kembali kartu lama yang tetap menjadi
nomor satu. Kenangan indah antara aku, pulsa dan nomor baru. Memang masa kuliah
adalah zaman-zaman jail yang tidak pernah bosan untuk diingat.
Antara Aku, Pulsa dan Papa
Kenangan indah yang tak pernah
kulupakan hingga saat ini, antara aku, pulsa dan papa. Beberapa bulan yang
lalu, saat aku berada di Jakarta. Aku yang terkadang sibuk tidak sempat
menghubungi papa, papa setiap kali ada pulsa akau selalu diganggunya. Papa senang
sekali meneleponku dan menanyakan hal-hal sepele atau hanya sekedar menggodaku
di pagi hari maupun di waktu senggangku.
Pernah beberapa hari, papa tidak
pernah meneleponku. Rupanya, pulsa papa lagi habis. Berhubung aku tinggal di
Jakarta, aku selalu saja mendapatkan pulsa
murah. Banyak pilihan konter, tetapi sebagai konsumen aku selalu bijak
memilih pelayanan yang baik dengan harga pulsa murah.
Karena papa mengeluh tidak memiliki
pulsa, jadilah aku membelikan papa pulsa
murah Jakarta. Kenapa aku bilang pulsa murah Jakarta, karena harga pulsa elektrik Jakarta harganya lebih
miring dibanding di tempat tinggal orangtuaku. Bayangkan saja di Jakarta pulsa
elektrik seharga 10 K bisa dijual hanya 10.500 IDR, sedangkan di tempat tinggal
orangtuaku bisa mencapai 12.000 IDR baik pulsa
elektrik maupun pulsa voucer. Tentu saja,
aku lebih menyukai pulsa elektrik karena praktis, tidak perlu menggosok-gosok
terus memasukan pinnya. Kalau salah masukan pin, emmmm pulsa bisa ilang
melayang entah kemana.
Antara aku, pulsa dan papaku. Kami selalu
bergantian saling mengisi ulang. Sungguh kenangan yang tidak pernah aku lupakan
sampai detik ini. Meskipun papa telah meninggalkan aku untuk selamanya ke
tempat peristirahatannya yang terakhir kali, tetapi kenangan pulsa antara aku
dan papa akan kekal abadi, selama pulsa masih ada di dunia ini.
Pernahkah hidup tanpa pulsa?
Hidup tanpa pulsa itu benar-benar
membosankan, aku tidak bisa memcari informasi di internet. Aku suka banget
membaca buku, e-book, novel, artikel maupun cerita-cerita menghibur. Tanpa pulsa,
aku tidak bisa melakukan browsing. Apalagi pulsa internet bagi aku sudah
seperti soul mate sendiri. Karena aku
tidak akan pernah merasa kesepian. Tanpa pulsa, aku benar-benar sekarat.
Pengalaman pahit yang tak pernah
kulupakan, pernah waktu itu pulsa internetku habis dan uangku tinggal terbatas.
Aku memutuskan lebih baik puasa beberapa hari agar pulsa internetku tetap ada. Aku
berpikir apa membeli langsung ke konter atau lewat internet banking. Karena aku
memiliki dua nomor, satu nomor aku tidak hafal, karena nomor itu hanya aku
gunakan untuk internet saja. Sedangkan nomor satunya sudah hafal diluar kepala,
karena aku memilikinya sudah belasan tahun yang lalu. Aku enggan mengganti
nomorku itu.
Jadilah aku memutuskan membeli
pulsa dengan menggunakan internet banking, eh nomor yang aku masukin memang
benar nomorku. Tetapi entah kenapa, jaringan providernya lagi bermasalah, pulsa
itu nyasar ke nomor yang aku tidak kenal. Aku kesal, marah dan mencoba
menghubungi nomor itu. Rupanya, itu adalah nomor teman yang tidak aku simpan. Kenapa
bisa seperti itu ya? Sampai saat ini misteri itu tidak pernah terungkap.
Pihak provider
hanya mengatakan ada gangguan jaringan tanpa mau mengganti uang pulsa 50K ku
yang melayang. Karena si teman tidak tega, akhirnya ia mencicil uang pulsaku
itu. Sungguh terlalu hahaha. Begitulah hidupku diantara pulsa, teman dan
keluarga. Mereka tidak bisa dipisahkan dari kehidupanku. Apalagi di zaman
modern ini, pulsa di ponsel selalu stand out. Pulsa murah hati pun senang. Sebenarnya
masih banyak cerita antara aku dan pulsa, hanya saja aku tidak mau membuat
pembacaku bosan mendengar nostalgia masa laluku yang menyenangkan, takut mereka
iri. Tulisan ini merupakan tulisan yang diikut sertakan dalam lomba menulis
pojok pulsa.
Pernahkah hidup tanpa pulsa? Tentu saja jawabannya pernah dan itu sangat membosankan.
Pulsa, pulsa engkau selalu menemaninku
Baik tanggal tua maupun tanggal muda
Pulsa tidak pernah mengenal waktu pagi atau maalam
Karena pulsa selalu ada di ponsel kesayanganku
Hidupku hampa tanpa pulsa di ponsel
Walaupun nominal tak banyak pulsa tak pernah kosong
Pada
12:31 AM
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health