Entah sejak kapan Mimi
panggilan Marimar, yang baru duduk di kelas tiga SD Anugrah ini berubah menjadi
sosok yang suka mengomel dan cemberut. Apa saja yang diminta oleh kakaknya,
orangtuanya dan bahkan guru di sekolahnya selalu mengomel. Sehingga kakaknya
menculukinnya Miss Grumpy, karena
selalu menggerutu dan mengomel. Karena teman-teman di kelas Mimi, rata-rata
tinggal satu komplek perumahan Permata Indah, sehingga julukan dari kakak Mimi,
sampai ke sekolah. Nama Mimi pun berganti menjadi Miss Grumpy.
“Mimi,” teriak ibu dari
dapur, saat itu Mimi sedang asyik menonton film kartun di televisi.
“Ada apa bu,” jawabnya
tanpa beranjak dari tempat duduknya. “Mimi,” panggil ibu lagi.
Dengan mengerutu, Mimi pun
beranjak dari bangkunya dan menghampiri ibu yang sedang masak di dapur. “Tolong
ibu belikan garam di warung, garam ibu habis,” ujar ibu sambil menyerahkan
selembaran uang seribuan ke Mimi. “Kenapa harus Mimi sih bu, kakak ka nada di
kamarnya,” tolak Mimi.
“Kakak lagi belajar, jadi
Mimi saja yang membelikan. Cepatan ya, sayurnya sudah mau masak dan sebentar
lagi ayah pulang.” Mimi pergi sambil menggerutu sepanjang jalan, menyesali
nasibnya menjadi anak bungsu yang selalu di suruh-suruh. Dia merasa cemburu
dengan kakaknya yang jarang diminta bantuan ibu untuk urusan pergi ke warung.
Dikit-dikit Mimi yang dimintai tolong. “Ini garamnya,” ujar Mimi dengan wajah
cemberut menyerahkan sebungkus garam pada ibu.
“Makasih ya sayang,” tutur
ibu lembut. Mimi meninggalkan ibu di dapur dan kembali menonton televisi. Tidak
lama kemudian, ayah pun pulang dari kantor. “Hi, putri ayah yang cantik,” sapa
ayah duduk disamping Mimi yang sedang asyik menonton film kartunnya. “Bisa
minta tolong ayah ambilkan Koran di samping Mimi.”
Mimi memandang kesal ke
ayah dan menyerahkan Koran itu tanpa berkata apa-apa. Ia pun pergi meninggalkan
ruang keluarga, menuju kamarnya. Sebelum ia masuk ke dalam kamarnya, ia
mengintip ke kamar kakaknya yang bersebelahan dengan kamarnya. Kakaknya yang
sudah duduk di kelas 3 SMP itu sedang asyik di depan laptop. “Sangat tidak
adil, setiap hari Mimi yang selalu dimintai tolong, sedangkan kakak selalu
asyik di kamarnya, tanpa disuruh-suruh,” gerutu Mimi dalam hati.
Mimi mengunci diri di
kamar dan menangis. Mimi merasa semua keluarga tidak sayang padanya, mereka
hanya senang untuk memerintah ini dan itu, sedangkan kakak tidak pernah
dimintai tolong untuk hal-hal yang kecil. Mimi merasa tidak adil.
“Mimi,” gedor kakak di
depan pintu kamar Mimi, “Tumben pintu di kunci.”
“Ada apa,” teriak Mimi
dari dalam kamarnya dengan nada kesal.
“Waktunya makan malam Miss
Grumpy,” kata kakaknya masih di depan pintu kamarnya, “Ayo, cepatan turun. Ayah
dan ibu sudah menunggu di bawah.”
“Aku tidak lapar,” kata
Mimi masih dengan mata sembab.
Kakak meninggalkan Mimi di
dalam kamarnya yang masih menangis sendirian. “Mana adikmu,” tanya ibu saat
melihat kakak datang tanpa Mimi di samping atau pun di belakangnya.
“Dia bilang tidak lapar
bu,” jawab kakak. ”Kenapa dia ya belakangan ini aneh?”
Ayah dan ibu hanya saling
pandang, mereka juga tidak mengetahui kenapa belakangan ini sikap Mimi selalu
menggerutu dan pemarah. Setelah selesai makan malam, ibu mendatangi kamar Mimi.
“Mimi buka pintunya,” ujar ibu dari luar. Dengan enggan Mimi membuka kan pintu,
“Mimi ngantuk mau tidur, ibu,” tuturnya pelan.
“Makan dulu nanti sakit,
kata ibu sambil memegang kening Mimi, “Apa kamu sakit.”
Tanpa disadari Mimi pun
menangis, “Mimi merasa tidak adil, setiap ada apa-apa, Mimi yang selalu
dimintai tolong. Sedangkan kakak tidak pernah. Baik di sekolah maupun di rumah,
dikit-dikit Mimi,” isaknya pecah.
Ibu tersenyum mendengarkan
keluh kesah Mimi, “Sini,” ujar ibu mengandeng tangan Mimi menuju dapur. Di sana
Mimi melihat kakak sedang membersihkan meja makan dan mencuci piring sehabis
mereka makan malam. “Lihat, ibu tidak pernah menyuruh kakak untuk membersihkan
meja makan atau pun mencuci piring. Karena kakak sudah mengerti
tanggungjawabnya. Kenapa ayah dan ibu maupun ibu guru di sekolah suka meminta
tolong Mimi. Karena Mimi adalah anak yang baik, bukan karena ibu atau ayah
pilih kasih. Mimi mengerti?”
Mimi tertunduk dan
menyesal, karena selama ini Mimi salah paham. Mimi pikir ayah dan ibu pilih
kasih, karena untuk urusan sepele selalu Mimi yang dimintai tolong, karena itu
belakangan ini Mimi suka mengomel. “Iya bu, Mimi mengerti. Maafkan Mimi ya.”
Ibu pun memeluk Mimi.
Pada
12:42 PM
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
You've decided to leave a comment – that's great! Please keep in mind that comments are moderated and please do not use a spammy keyword. Thanks for stopping by! and God bless us! Keep Creative and Health