Tidak terasa, sekarang sudah minggu pertama di bulan Mei. Waktu sungguh-sungguh
cepat berlalu, seperti biasa. Ada satu hal yang harus dibuat sedikit berbeda di
blog diary citra. Nah, minggu pertama di bulan Mei, setelah sebelumnya di bulan
April berhasil mendapat ide menulis mengenai kisah Doni yang tidak menyukai
binatang, karena suatu alasan. Kini, The Series Madam Sofie akan kembali
berpetualang.
Intro: Alkisah seorang wanita yang memiliki kekuatan. Kekuatan yang membuat seseorang anak-anak maupun dewasa bisa merasakan sesuatu hal yang berbeda. Mereka akan merasakan pengalaman yang luar biasa untuk mengubah pola pikir. Wanita itu dikenal dengan sebutan Madam Sofie. Kalian tidak akan pernah tahu kapan dan dimana ia akan muncul dan seperti apa rupanya. Madam Sofie memiliki mata yang berwarna coklat yang besar dan bulat. Matanya selalu berbinar-binar dan kontras dengan rambut merah yang suka diikat secara serampangan tetapi terlihat menarik. Madam Sofie bisa merubah bentuknya dalam bentuk apapun, gadis kecil hingga wanita tua.
Kucing Serakah dan
Nenek Pemulung
Di sebuah rumah mewah, tinggalah seekor kucing yang berbadan tambun. Kucing
itu menjadi kesayangan pemilik empunya rumah. Tingkah lakunya yang lucu, selalu
ia perlihatkan kepada majikannya. Padahal, kucing tambun itu selalu bersikap
tidak baik, saat majikannya tidak melihatnya.
Suatu hari, majikan kucing tambun melihat anak-anak kucing terlantar di
perkarangan rumah mereka. Rasa iba pun timbul di hati pemilik rumah mewah. Mereka
membawa masuk anak-anak kucing liar tersebut. Rupanya, si kucing tambun itu
tidak menyukai sikap dermawan tuannya. Saat majikannya memberikan mereka makan.
Awalnya, kucing tambun itu bersedia membagi makanannya. Namun, saat tuannya
pergi ke ruangan lain. Ia pun segera melahap makanannya itu seorang diri. Anak-anak
kucing liar itu tidak berani melawan kucing tambun, saat mereka disuruh pergi
dari tempat makanan, mereka tidak bisa membantah.
Prilaku kucing tambun yang serakah ini selalu dilihat nenek pemulung yang
selalu mengais-ngais sampah di dekat perkarangan dapur rumah mewah tersebut. Dalam
hati, nenek pemulung ini selalu membantin, untunglah kamu hanya seekor kucing,
bukan manusia. Bagaimana, kalau kamu menjadi manusia, pastilah sifatmu akan
lebih buruk dari tingkah lakumu sebagai kucing.
“Masih jadi kucing saja serakah, apalagi kalau jadi manusia bisa kikir dan
tidak peduli terhadap sesama,” ungkap nenek itu sambil berlalu.
Mereka tidak mengetahui bahwa ada burung hantu yang bertengger di pohon
perkarangan rumah mewah tersebut. Ia melihat semuanya, burung hantu itu
memiliki mata berwarna coklat dan besar, seperti mata milik Madam Sofie. Benar saja,
rupanya madam Sofie mengubah dirinya menjadi burung hantu. Dengan sedikit
mantra ajaib yang ia keluarkan. Terjadilah keajaiban........
Tubuh nenek pemulung itu tiba-tiba berubah menjadi seekor kucing tambun. Sedangkan
kucing tambun itu tubuhnya berubah menjadi manusia dalam rupa nenek pemulung. Madam
Sofie mengubah keduanya, kucing tambun yang tadinya merasa kekeyangan dan
tiduran di bantalan empuk miliknya, kini berada di luar ruangan. Di malam yang
basah dengan perut yang keroncongan. Ia terkejut, kenapa ia bisa berubah
menjadi manusia. Sementara, nenek pemulung itu berubah menjadi kucing dan
merasa nyaman berada dalam rumah yang hangat, dalam keadaan perut kenyang.
Nenek pemulung yang berubah menjadi kucing merasa seperti mimpi. Anak-anak
kucing liar masih terlihat ketakutan saat ia membuka matanya. Kucing tambun
alias nenek pemulung itu memanggil mereka untuk berada dalam bantalan yang
empuk. Mereka pun datang dan tidur dalam tempat yang nyaman.
Bagaimana nasib kucing tambun yang berubah menjadi manusia? Ia harus
mengangkat karung yang berisi barang bekas untuk segera ditukarkan menjadi
uang. Sehingga ia bisa membeli makanan. Ia menggerutu sepanjang jalan, kenapa
ia bisa menjadi seorang nenek-nenek. Padahal kehidupannya sudah sangat nyaman,
kucing dari ras yang hebat, rumah yang indah, makanan berlimpah, sekarang ia
harus bekerja keras untuk mendapatkan makanan.
Kucing tambun dalam bentuk nenek-nenek itu memikirkan, inikah rasanya menjadi
“kucing liar” tanpa majikan. Bedanya, bentuk tubuhnya seperti manusia. Ia harus
bersusah payah untuk mendapatkan makanan yang tidak seberapa. Tidur di tempat
yang tidak nyaman. Ia menyesali sikapnya yang tidak bersyukur dan selalu
mementingkan diri sendiri. Apakah, madam Sofie akan mengembalikan bentuk tubuh
mereka semula? Tentu saja, tetapi madam sofie membiarkannya untuk beberapa hari
saja. Biar, kucing tambun itu belajar untuk berbagi. Sementara nenek pemulung
beristirahat sejenak dalam bentuk kucing tambun.
Pesan Moral: Janganlah mementingkan diri sendiri, bila memiliki barang atau
makanan berlebih. Berbagilah kepada mereka yang kekurangan. Bukan harga dan
jumlah yang dilihat, tetapi ketulusan hati.
Selamat akhir pekan semua, sampai jumpa lagi di kisah madam sofie
selanjutnya di bulan Juni. Salam kreatif dan imaginasi.
Cheers
Pada
12:22 PM
inspiratif banget mbak :)
BalasHapus:) terimakasih mbak wahyu
BalasHapus