Waktu benar-benar
sangat cepat, hari ini, Senin (27 Juni 2016) adalah hari dimana papa telah
meninggalkan kami semua. Sudah setahun sudah, tidak disangka kepergiaan papa
meninggalkan banyak duka dan kesedihan. Tetapi kami juga merasa bersyukur satu
tahun terakhir sejak kepergiaan papa terasa berat. Kami juga berhasil
melaluinya dengan sangat baik. Walaupun naik-turun kehidupan, problema dan
kesedihan turut menemani perjalanan kami.
Papa bukanlah
pahlawan dan juga ahli politik, tetapi papa adalah seorang teman yang baik,
seorang penasehat yang bijak, seorang hakim yang menyebalkan –kala ingat masa
kecil- lol, seorang koki yang luar biasa, seorang penyeterika baju yang
artistic –ingat masa-masa SMP dan SMA saat papa lagi off, seragam putih sekolah
papa yang seterlikakan dan bagian belakang selalu dibentuk unik dari
garis-garis yang memang didesainkan berdasarkan lipatan yang diseterlika- papa
adalah seorang dermawan yang menawan. Bagaimana tidak, terkadang papa memberikan
uang diam-diam tanpa sepengetahuan mama, jadi uang kami selalu double, apa
tidak dermawan.
Papa bukanlah
seorang yang senang bekerja seperti papa yang lain. Kalau saat sedang off
membersihkan perkarangan rumah. Papa tidak demikian, tetapi saat papa sudah
tidak bekerja di lokasi maupun di proyek besar. Terakhir, di Singapura lantaran
terkena asam urat, akhirnya papa resign pada pekerjaannya di laut lepas. Papa sangat
gemar membantu mama. Kerjasama antara satu dengan yang lain terkadang membuat
iri. Pasangan yang jarang bertengkar untuk hal-hal kecil, apalagi hal-hal besar
tidak pernah. Papa tahu sifat mama yang super damper cerewet. Sehingga papa
lebih memilih banyak diam. Karena itulah, papa adalah sosok yang luar biasa di
mataku. Tidak pernah mengenal lelah, walaupun terkadang tanpa sengaja aku
melukai perasaannya. Papa tetaplah papa yang hebat bagiku.
Walaupun papa
berstatus suku batak, tetapi papa tidak pernah egois dalam hal kesukuan. Sebab,
mama bukanlah suku batak. Mama suku jawa, papa tidak pernah memaksakan kami
harus bisa bahasa batak. Meskipun saat ini terkadang kesal, kenapa papa tidak
pernah mengajarkan kami bahasanya yang unik dan berbeda. Sampai saat ini, hanya
satu kalimat saja yang aku tahu sejak SMP hingga kini. Entahlah, apa
penulisannya benar, “nang ngadong hepeng” artinya “tidak ada uang” hehehe.
Papa adalah
pribadi yang unik, pendiam dan menyenangkan. Terkadang aku bersyukur memiliki
keluarga yang terdiri dari papaku tersayang dan bunda tercinta; Papa adalah
pekerja keras, masakannya sangat lezat dan enak. Tidak heran, saat membuka
usaha makanan, makanan papa laris manis. Meskipun banyak yang sirik dan
sebagainya, tetapi semangat papa untuk bekerja tidak pernah pupus, walaupun ada
satu hobi papa yang tidak disukai mama yakni main batu hahaha. Ya, kata orang,
orang batak memang demen main batu untuk membunuh waktu.
Papa,
setahun sudah sejak kepergianmu, anakmu disini yang notabennya kata yang lain. Anak
kesayangan papa, selalu merindukan papa. Tetapi, aku berusaha untuk tetap
bertahan di kala sedih melanda. Walaupun tidak ada lagi tempat curhat yang
menyenangkan, soalnya kalau curhat sama mama, idih, tidak bisa pegang rahasia. Jadi
tidak boleh yang terlalu rahasia banget. Papa, terimakasih selama hidupku, papa
selalu mendukung apapun keinginanku. Terimakasih banyak papa, istirahatlah yang
tenang. Kelak kita akan berjumpa lagi di surga.
Pada
11:04 AM
Batak dan Jawa, dua suku yang berbeda :) Heat papa Mbak Citra :)
BalasHapus