Sungguh lucu,
ini sekedar opini yang ada dalam benakku dan ingin keluar sejak lama, hanya
saja belum memiliki waktu yang tepat untuk menuliskannya. Akhirnya, ada niatan
juga untuk mengeluarkan dari relung pemikiranku terhadap lembaga sensor yang
ada di Indonesia.
Entahlah,
sejak kapan banyak sekali blur dalam adegan film yang notabennya dilihat masih
normal tetapi di blur. Entah sejak kapan pula, banyaknya sensor blur dalam
tayangan film malah tidak membawa dampak positif. Buktinya saja, malah makin
maraknya kasus pelecehan seksual, pembunuhan, pemerkosaan ringan bahkan sadis. Entah
napa aku menuliskan kata pemerkosaan “ringan” tetap saja berujung pada
kesengsaraan korban. Bahkan, kata-kata sumbing terhadap korban, lha senang sama
senang koq. Idih, siapa juga yang ingin diperkosa. Dasar, tak bermoral yang
mengakatakan hal itu, termasuk yang membuat meme terhadap kasus-kasus
pemerkosaaan.
Blur atau
pun sensor ringan itu malah membuat penonton semakin penasaran dan berakibat
saat melihat wanita, perempuan bahkan remaja maupun anak-anak yang menggunakan
pakaian sopan karena penasaran kenapa di televisi banyak di blur, akhirnya
melakukan hal nekad seperti itu. Itu hanyalah pandanganku terhadap blur dan
kasus pemerkosaan yang marak. Sebab, masaku dulu tidak ada blur pada pakaian
wanita, tidak banyak kasus pemerkosaan yang terjadi.
Sekarang,
hampir tiap membaca koran, menonton berita, ada aja kasus yang memberitakan
tentang pemerkosaan. Entahlah, ini hanya sekedar opini yang tidak penting.
Pada
1:24 PM
Hu um ya Mbak, malah bikin nambah penasaran..
BalasHapushe em, benar sekali mbak, khususnya bagi remaja yang masih labil. Semakin di "tutup2in" semakin penasaran kali ya.
BalasHapus