Rumah lagi heboh mau kedatangan tamu, biasa mama suka menjadi seksi sibuk. Selalu welcome terhadap hal yang berbau positif yang berurusan dengan dapur. Nah, di tempat ibadah kami kedatangan tamu dari daerah, mama mencoba menservice mereka dengan mengundang makan di rumah. Padahal, rumah kami itu super damper “berantakan” Maklum semua anaknya preman hahaha. Di rumah ada dua bujang yang seperti uka-uka, kadang muncul kadang menghilang tanpa jejak. Namun meninggalkan banyak barang di rumah, banyak hal yang berserak mulai dari sepatu, kaos kaki, baju dan bahkan kertas yang sudah di untel-untel.
Pernah suatu
hari, adik pulang dari rumah sakit, tempatnya bekerja. Karena long shift “brain-nya”
lagi eror. Dia merasa menaruh uang di atas meja makan. Padahal itu meja sudah
di setting untuk menyambut tamu. Heboh lah, kala tanggal tua, uang berwarna
merah itu sangat berharga sekali. Apalagi, dia merasa yakin bahwa itu duit
selembar seratus ribu di taruh di atas meja. Sedangkan mama tetap bersikukuh
itu hanyalah selembar kertas berwarna merah yang sudah lecek dan kumal yang
diuntel-untel dan mama sudah membuangnya ke dalam tong sampah.
Si adik
tetap dengan pendiriannya bawasanya tuh duit dia taruh di atas meja. Karena dia
keluarkan dari dalam kantong celana. Dimana celananya mau di cuci. Dia mau
pergi lagi untuk urusan lain. Karena mama merasa yakin kalau tuh itu adalah
kertas biasa dan bukan duit. Akhirnya, mama ngobok-ngobok tong sampah dan mama
menemukan, apa yang ia katakan. Aku yang melihat kejadian itu pura-pura nggak
tahu aja, ribet dan malas. Lebih asyik jadi penonton drama tanpa musical ini
hahaha.
Adik garuk-garuk
kepala koq bisa ya? Bagaimana mungkin duit yang ia berasa taruh di atas meja
makan yang berisikan makanan yang sudah di tata rapi itu tidak ada. Dia langsung
menuju mesin cuci, merogoh tiap kantong celana tetapi duit berwarna merah itu
tak ditemukan. Terduduk lemas, padahal dia sudah janji mau makan bareng
pacarnya di tepi laut yang baru buka.
Dengan perasaan
bimbang dan ragu, si adik ini langsung menuju gudang dan mengambil tas yang
selalu di bawanya itu belakangan ini. Aku menyebutnya tas kredit karena
bentuknya memang seperti tas tukang kredit. Tas cowok yang simple menjadi
pilihannya belakangan ini. Padahal dulunya, dia suka banget sama tas ransel. Ya,
selera seseorang bisa berubah ya. Aku pikir selera adik lelaki ini tidak pernah
berubah. Mungkin dia melihat adik bungsunya yang suka menggunakan tas kecil
tetapi efesien untuk memasukan keperluannya tanpa perlu capek membawa tas
ransel kemana-mana. Toh, barang yang dibawa bukannya yang besar-besar, paling
seperti untuk menyimpan kunci motor, dompet, perlengkapan lainnya yang laki
banget hahaha.....
Saat
dia membuka tasnya, dia tersenyum-senyum senang. Rupanya, duitnya aman
berada di dalam tas "kreditnya" olalala.... Habis dia kena ceramah mama,
toh dia tak terlalu peduli. Karena hatinya sudah berbunga-bunga. Tas
cowok
rupanya banyak sekali modelnya. Aku pikir cuma tas perempuan saja yang
memiliki
beragam pilihan yang membuat sakit kepala, rupanya tas cowok juga sama!
Baru
tahu hahaha. Lha, selama ini kemana saja. Maklum sebagai kakak yang baik
tidak
pernah attend terhadap hal-hal berbau pria hahaha. Habis, adikku ini
bukan
termasuk pria metroseksual yang mengikuti trend fashioan apalagi tas.
Bagi mereka
tas cowok yang sempurna adalah tas yang tidak mudah masuk angin alias
basah. Saat
terkena hujan, sehingga barang di dalam tas aman sentosa, nyaman dengan
harga
murah. Mereka lebih mempedulikan fungsinya dari pada trendnya.
Sedangkan perempuan
lebih memperhatikan trend fashionnya dari pada manfaatnya. Wah, perlu mengambil
inisatif terhadap manfaat tas cowok yang lebih mempedulikan fungsi tas bukan
sekedar model yang mengikuti trend. Bicara soal tas cowok memang tidak ada
habisnya ya. Kalau kawan-kawan cowokku, ada yang gila dengan brand dan gaya
serta bentuk. Ada juga sebagian tidak peduli bentuknya sudah jelek atau masih
bagus yang penting masih enak digunakan. Kalau perempuan? Jangan ditanya hahah.
Cheers
Pada
1:59 PM
Haha.. iya ya.
BalasHapusAku suka yang simpel, ransel atau selempang di pundak.. Jadi kedua tangan masih bisa pegang barang atau gandeng anak.